Kehamilan Kembar Bisa Berisiko TTTS, Apakah Itu? | Rahasia Kesuburan

Kehamilan Kembar Bisa Berisiko TTTS, Apakah Itu?

kehamilan-kembar-bisa-berisiko-ttts-apakah-itu
Bagikan via Whatsapp!

Rahasia Kesuburan -

Siapa yang tidak ingin dikaruniai bayi kembar? Pastinya semua Moms sangat senang sekali memiliki bayi kembar. Tapi Moms, hamil bayi kembar ternyata ada risikonya, loh. Salah satu komplikasi pada kehamilan kembar adalah Twin-to-Twin Transfusion Syndrome (TTTS). Seperti apakah penyakit ini?

Seperti yang baru saja dialami oleh pasangan selebritas Ammar dan Irish, Twin-to-Twin Transfusion Syndrome (TTTS) adalah salah satu risiko kehamilan bayi kembar monokorionik, dimana janin berbagi satu plasenta dan jaringan pembuluh darah untuk memberikan oksigen dan nutrisi selama di dalam rahim. Penyakit ini berisiko tinggi menyebabkan kematian, terutama pada janin usia belum mampu hidup. Walaupun berhasil hidup, janin akan mengalami gangguan jantung, saraf, dan mental.

Nah Moms, peran plasenta dan jaringan pembuluh darah antar janin menjadi awal terjadinya TTTS. Darah yang ditransfusikan tidak seimbang antara satu janin sebagai donor dengan janin yang lain sebagai penerima. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan volume darah pada janin pendonor dan kelebihan darah pada janin resipien. Akibatnya, pertumbuhan janin pendonor terhambat karena kekurangan gizi dan kegagalan fungsi organ, sedangkan janin resipien akan mengalami gagal jantung.

Tahukah Moms? Ada 5 tahapan perjalanan penyakit Twin-to-Twin Transfusion Syndrome.

TTTS merupakan kondisi dengan perjalanan penyakit yang lambat, dimulai pada umur kehamilan 13 minggu atau trimester kedua. Berdasarkan pemeriksaan USG, Quintero et al. (2003) membagi TTTS menjadi 5 stages, yaitu :

  1. Hasil pemeriksaan USG terdapat oligohidramnion (kekurangan atau tidak ada cairan ketuban) pada janin donor, vesika urinaria masih tampak, dan polihidramnion (kelebihan cairan ketuban) pada janin resipien.
  2. Sama dengan stage I, namun vesika urinaria janin donor sudah tidak tampak.
  3. Hasil pemeriksaan aliran darah abnormal pada tali pusat dan adanya kelainan jantung bawaan pada salah satu atau kedua janin.
  4. Satu atau kedua janin menunjukkan gejala hidrops, yaitu telah terjadi kelebihan atau penumpukan cairan pada beberapa bagian tubuh janin, seperti pembengkakan pada kulit kepala (scalp edema), perut (ascites), sekitar paru-paru (pleural effusion) atau jantung (pericardial effusion). Pada tahap ini, gangguan gagal jantung sudah terlihat pada janin resipien.
  5. Kedua janin akhirnya meninggal.

Kapan diagnosa Twin-to-Twin Transfusion Syndrome dapat ditegakkan?

Kalau ada para Moms disini banyak yang bertanya, “Bagaimana kita tahu kalau janin kembar gak kena TTTS?”. Jawabannya adalah dengan melakukan pemeriksaan USG secara rutin untuk memantau kondisi janin kembar dari TTTS.

Diagnosis TTTS bisa ditegakkan dengan pemeriksaan USG yang menunjukkan adanya :

  1. Kehamilan kembar dengan satu plasenta (monochorionic).
  2. Jenis kelamin sama dengan dipisahkan oleh membran ketuban.
  3. Pengukuran nuchal translucency (peningkatan atau ketebalan cairan di belakang leher janin) >3 mm pada usia kehamilan 10-14 minggu.
  4. Hasil crown-rump length (CRL) atau ukuran panjang janin yang buruk pada salah satu janin.
  5. Oligohidramnion pada janin donor, dengan MVP <=2 cm dan polihidramnion pada janin resipien dengan MVP >= 8 cm. Maximum vertical pocket (MVP) adalah pengukuran jumlah air ketuban.

Lalu, bagaimana cara menangani Twin-to-Twin Transfusion Syndrome?

Alternatif penanganan medis yang dapat dilakukan apabila Moms sudah didiganosa TTTS ini, yaitu manajemen amnioreduksi dan laser endoskopik. Meskipun menurut studi, masih belum ada manajemen yang tepat untuk menangani kasus TTTS, namun alternatif tersebut bisa menghasilkan survival rates sekitar 60-65%.

Reduction amniocentesis

Adalah metode pengurangan jumlah air ketuban yang berlebihan dari kantung amnion janin resipien dengan menggunakan jarum melewati dinding perut Moms. Manajemen penanganan ini efektif untuk TTTS yang masih berada pada Stage I dan II, namun tidak untuk Stage III dan IV.

Selective Fetoscopic Laser Photocoagulation (SFLP)

Tindakan ini biasanya dilakukan pada TTTS Stage II, III, dan IV. Dengan membuat sayatan kecil pada perut Moms yang memungkinkan untuk memasukkan trocan (tabung logam kecil) ke dalam kantung ketuban janin resipien.

Setelah itu, dengan menggunakan fetoscope (semacam teleskop medis) melalui trocan, pembuluh darah yang menghubungkan kedua janin ditemukan. Kemudian, ditutup dan diputus secara permanen dengan menggunakan energi laser.

Terakhir, dilanjutkan dengan pembuangan kelebihan cairan ketuban melalui trocar yang ditempatkan sebelumnya.

Perlu Moms ketahui, apabila Triple-T Syndrome ini terlambat diketahui dan diberikan penanganan, maka kecil kemungkinan kedua janin akan selamat. Oleh karena itu, Moms yang sedang hamil, terutama hamil kembar harus rajin check up kehamilan ke dokter, sekecil apa pun itu tanda-tanda ganjil yang Moms rasakan.

Baca Juga :

Preeklampsia dan Eklampsia pada Ibu Hamil

Kelainan Kromosom Pada Janin Bisa Dicek dengan NIPT, Loh!

Program Bayi Tabung (IVF) dan Persiapannya