Preeklampsia dan Eklampsia pada Ibu Hamil | Informasi Kehamilan

Preeklampsia dan Eklampsia pada Ibu Hamil

Waspada Preeklampsia dan Eklampsia pada Ibu Hamil
Bagikan via Whatsapp!

Rahasia Kesuburan -

Masa kehamilan dapat menjadi hal yang berisiko fatal bagi ibu jika tidak segera dideteksi, misalnya saja masalah preeklampsia dan eklampsia. Nah Bun, kedua penyakit ini gak sama loh. Lalu, apa bedanya?

Preeklampsia itu kumpulan gejalanya, sedangkan eklampsia itu akibat dari preeklampsia.

Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, persalinan, dan dalam masa nifas yang terdiri atas hipertensi, proteinuria, dan edema. Sebelumnya, ibu yang mengalami preeklampsia tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan pembuluh darah atau hipertensi. Hingga saat ini, masih belum ada penelitian yang menjelaskan penyebab pasti dari preeklampsia, sehingga preeklampsia disebut juga dengan “The Disease of Theories”. Adapun gejala eklampsia merupakan serangan kejangan tiba-tiba yang dapat disusul dengan koma, dimana penderita menunjukkan gejala preeklampsia sebelumnya.

Eklampsia dapat menyebabkan kematian pada Ibu hamil.

Seringnya, gejala eklampsia terjadi pada trimester ke-3 masa kehamilan atau semakin dekat dengan kelahiran. Gerakan kejang kejang biasanya dimulai dari daerah mulut, sebagai bentuk awal kejang kejang di bagian wajah. Rahang akan terbuka dan tertutup dengan keras, disusul dengan kelopak mata, otot-otot wajah yang lain dan akhirnya seluruh otot mengalami kontraksi hingga relaksasi secara bergantian dalam waktu yang cepat. Secara berangsur, kontraksi otot menjadi semakin lemah yang akhirnya sang penderita tidak mampu bergerak. Selama beberapa detik, penderita seperti meninggal, karena berhenti bernapas, kemudian penderita bernapas panjang dan dalam. Selanjutnya, kembali normal.

Apabila tidak ditangani dengan baik, kejang pertama ini akan menjadi bertambah parah. Setelah kejang berhenti, penderita mengalami koma selama beberapa saat. Lamanya koma setelah kejang eklampsia bervariasi. Apabila kejang yang terjadi jarang, penderita biasanya segera pulih kesadarannya segera setelah kejang. Namun, pada kasus-kasus yang berat, keadaan koma dapat berlangsung lama, bahkan penderita dapat mengalami kematian tanpa sempat pulih kesadarannya.

Baca juga:  Usia Kehamilan Memasuki 6 Bulan? Lakukan 4 Hal Ini!

Hal-hal yang dapat memicu terjadinya preeklampsia.

Menurut beberapa studi, faktor risiko kuat yang memicu terjadinya preeklampsia adalah usia. Kehamilan pada usia di bawah 20 tahun di mana alat reproduksinya masih belum siap, sehingga dapat mengakibatkan keracunan kehamilan dalam bentuk preeklampsia. Adapun pada usia 35 tahun ke atas, sangat rentan akan penyakit hipertensi dan preeklampsia, karena perubahan pada jaringan-jaringan kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Usia yang paling aman untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun, karena pada usia tersebut organ reproduksi lebih siap menerima kehamilan, sehingga kehamilan tidak terjadi masalah.

Faktor risiko lainnya yang diduga adalah riwayat hipertensi, obesitas, status gravida, usia gestasi, riwayat diabetes mellitus, preeklampsia pada keluarga, serta pendidikan. Namun, sejauh ini belum ada penelitian yang menyimpulkan secara pasti penyebab utama dari preeklampsia itu sendiri.

Apa gejala yang sering timbul pada Ibu hamil yang mengalami preeklampsia ini?

Jika preeklampsia sudah memasuki tahap berat, gejala-gejala yang dapat timbul pada ibu hamil, berupa :

  • Pusing.
  • Sakit kepala.
  • Mual.
  • Muntah.
  • Nyeri perut.
  • Pandangan kabur.
  • Perubahan refleksi badan.
  • Perubahan mental sementara.

Bagaimana diagnosis preeklampsia dapat ditegakkan?

Preeklampsia dapat ditegakkan apabila ditemui dalam pemeriksaan hasil sebagai berikut.

  1. Tekanan darah >140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu, jika sudah berat bisa >160/110 mmHg
  2. Adanya protein dalam urin (proteinuria) >300 mg/24 jam, jika sudah berat bisa >5 g/24 jam.
  3. Adanya keterlibatan organ lain dalam preeklampsia berat, seperti peningkatan SGOT dan SGPT di hati, sakit kepala resisten, oligohidramnion, edema paru, gagal jantung kongestif, oliguria (<500 ml/24 jam).

Lalu, apa upaya yang dapat dilakukan Ibu hamil untuk mencegah penyakit ini?

Para Ibu hamil tidak perlu khawatir, karena meskipun preeklampsia ini masih menjadi misteri penyebab pastinya, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan para Ibu untuk mencegahnya.

  • Tirah baring.
  • Pemeriksaan antenatal secara rutin.
  • Pola makan yang sehat (tinggi protein, rendah lemak, karbohidrat, dan garam).
  • Istirahat yang cukup.
Baca juga:  7 Cara Mengatasi Nyeri Perut Saat Hamil

Baca juga :

Kanker Serviks : Penyebab, Gejala, Pencegahan

PCOS Dan Kesuburan Wanita Yang Perlu Untuk Diketahui

Waspadai, Tanda-Tanda Bahaya Di Kehamilan Trimester Ketiga